CICENDO, BANDUNG – Taman Alun-Alun Cicendo muncul sebagai salah satu tempat berlangsungnya malam pergantian tahun. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Masyarakat khususnya wisatawan mungkin masih bertanya-tanya dimana dan seperti apa profil dari tempatnya.
Taman di Bandung yang selama ini lebih dikenal adalah nama Taman Alun-alun Bandung yang letaknya langsung di dalam kawasan Masjid Agung Bandung. Lokasinya di pusat Kota Bandung.
Yang lainnya adalah Alun-alun Ujungberung di wilayah Bandung Timur. Jadi ketika Lapangan Cicendo diresmikan nanti (rencananya akhir Desember 2017), sudah ada tiga kawasan Alun-Alun di seluruh Kota Bandung yaitu di bagian timur, di tengah kota dan di bagian barat kota Bandung. Lebih jauh ke timur Alun-alun Ujungberung juga akan ada Alun-Alun Cibiru.
foto @imajinasihin |
Kegiatan Penyambutan Tahun Baru 2018 Pemilihan Cicendo Square merupakan ajang promosi Cicendo Square sebagai destinasi wisata. Bahkan, rencananya Kevin Liliana, pria asal Bandung peraih ajang Miss International 2017 ini akan hadir di kawasan ini saat perayaan malam tahun baru 2018.
Lalu dimana Alun-Alun Cicendo Bandung? Jika Anda datang dengan pesawat dan ingin turun di Bandara Husein Sastranegara, lokasinya tidak jauh dari sana, sekitar 1,5 km. Jaraknya sekitar 400 meter dari Stasiun Ciroyom.
Taman Bermain Alun-Alun Cicendo |
Mengenal Lebih Dekat Alun-Alun Cicendo Bandung
Bagaimana profil dari Cicendo Square?
1. Dekat pusat sparepart besi jatayu dan skrap
Daerah ini sudah tidak asing lagi dengan Urang Bandung sebagai sentra besi tua dan suku cadang. Taman seluas 5.000 meter persegi ini berada di tengah-tengah dealer mobil bekas bernama Pasar Jatayu.
Lokasinya ada di pojok, persis sebelum bundaran Jalan Aruna-Jalan Jatayu. Cicendo Square sendiri berada di bagian luar kawasan ini. Posisi stand yang menempel di sisi proyek Jalan Aruna kini bergeser ke arah pinggir jalan.
Dan pasar besi menjadi merek dagang dari Cicendo Square. Sekitar 65 warung disediakan oleh pemerintah kota sebagai fasilitas pasar besi yang menjadi ciri khas kawasan Cicendo.
Pengunjung yang menggunakan kursi roda dapat mengakses pintu masuk dari Jalan Komodor Air Supadio, dan terdapat jalur landai yang dapat digunakan untuk mengakses area lain. Lansia juga diberikan area zen yang dipisahkan oleh tembok setinggi 2,8 meter untuk memanfaatkan ketenangan ruangan.
2. Rencana pelantikan pada akhir Desember 2017
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, Lapangan Cicendo yang pembangunannya diharapkan selesai pada Desember 2017 ini akan menjadi alun-alun terindah di Bandung.
3. Fasilitas Cicendo Square
Sebagian besar wilayah dipenuhi rumput, campuran blok rumput dan trotoar. Termasuk untuk undian utama. Di Lapangan Cicendo terdapat skate park, rest area, pusat kuliner, art workshop dan lain-lain. Sekali lagi, akan ada ruang setidaknya 4.000 meter persegi, hampir setengah dari luas lahan yang tersedia. Tempat tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang berinteraksi pergaulan dan dilengkapi dengan tangga.
Ada juga pasar seni (art market) seluas 543 meter persegi dengan 24 kios seni. Selain kios dengan karya seniman, terdapat ruang bersama beratap teduh tempat segala macam kegiatan bisa berlangsung.
Sedangkan di geladak, di geladak, terdapat bangku-bangku dengan pepohonan dari area koridor tribun di bawahnya. Dek ini merupakan atap untuk 67 warung di bawahnya serta kantor, mushola, toilet dan WC untuk difabel, 5 tempat parkir dan 20 tempat parkir sepeda motor.
Juga akan ada kolam dangkal untuk anak-anak bermain, mirip dengan yang ada di Taman Bersejarah. Area kolam seluas 313 meter persegi ini tidak hanya menawarkan kolam yang luas, tetapi juga dilengkapi dengan ngarai. Lorong yang diapit tembok setinggi dua meter dan lebar 1,6 meter itu memiliki panjang hingga 15 meter.
Di sebelah kanan pintu masuk utama Alun-Alun terdapat ornamen tanda tangan warga sekitar Lapangan Cicendo. Ornamen ini dirancang oleh sekelompok guru besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Desain Arsitektur Alun-Alun Cicendo Bandung
Cicendo Square memiliki berbagai fungsi yang diintegrasikan melalui desain arsitektur dari tim arsitek Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism (SHAU). Anda memilih konsep yang menggabungkan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya agar lebih fleksibel dan terbuka.
“Ketika suatu fungsi dibagi menjadi beberapa zona, setiap ruangan hanya dikategorikan berdasarkan fungsi di area tertentu.
Oleh karena itu kami lebih mengutamakan konsep gabungan agar dapat mendistribusikan semua fungsi dengan baik di semua area,” ujar Founding Partner dan Director Arsitek SHAU Florian Heinzelmann saat ditemui di kantor arsitektur SHAU Jalan Adipati Kertabumi, Bandung.
Konsep tersebut diterapkan bila menggunakan tangga untuk membedakan semua area sedemikian rupa sehingga terdapat perbedaan ketinggian.
Tujuannya agar pengunjung tidak merasa terbagi dalam setiap area sehingga bisa dimanfaatkan secara kolektif dan dengan cara yang berbeda.
Ada ruangan yang tenang, juga ada ruangan yang menarik. Ada yang biasa-biasa saja hingga serius. Ada juga ruang yang bisa dinikmati tanpa banyak berpikir.
Yang menarik bisa dilihat di setiap bidang vertikal. Bagi banyak pengunjung, material yang digunakan terlihat seperti besi tua berkarat.
Cukup banyak yang ragu untuk menyentuh sesuatu karena kekhawatiran tentang kebersihan dan kesehatan.
“Kami menggunakan pelat besi berkarat di ladang ini. Bahan utamanya adalah plat besi berkarat, tapi tidak berbahaya sama sekali karena kami melapisinya dengan lapisan untuk menghentikan proses korosi,” kata Kepala Arsitek SHAU, Rizki Supratman.
foto portaljabar.net |
Selain itu, Rizki mengatakan tantangan terberat yang dihadapi tim selama proses pengembangan adalah tiga bulan yang kami targetkan. Selain itu, jam kerja berada pada musim penghujan.
“Tidak ada lagi masalah teknis terkait waktu dan masalah sosial yang terjadi di awal, tetapi bisa dikomunikasikan dan diakhiri,” ujarnya. Besi, bahan utamanya
Saat mengunjungi Lapangan Cicendo, terlihat jelas bahwa elemen besinya tersebar ke berbagai arah. Padahal, hampir 70% material yang digunakan adalah besi.
Perencana kota, arsitek, direktur dan pendiri SHAU, Daliana Suryawinata, berpendapat bahwa besi merupakan bahan utama yang diangkat karena daerah sekitarnya banyak terdiri dari pengrajin besi. Padahal, pita besi karatan itu disusun membentuk sebuah topografi.
Pada topografi teratas terdapat 6 karya seni oleh 6 seniman muda Bandung. Karya tersebut dikurasi oleh Asmudjo Jono Irianto dari Institut Teknologi Bandung. Sebagian besar bahan yang digunakan untuk karya seni tersebut juga terbuat dari besi.
Elemen besi juga digunakan di tribun pekerja besi yang direlokasi. “Sungai mudah digunakan sehari-hari, mudah dijangkau dari segala arah, tapi dikelompokkan dalam gugusan yang tidak mengganggu aktivitas taman,” kata Dana, sapaan akrabnya.
Lalu, menurut Dana, spot apa yang paling populer dan “Instagram-ready”?
“Favorit saya ke pendopo tertinggi, tapi jangan berkelompok ya. Di kawasan ngarai dengan kolam dangkal juga menarik untuk dimainkan anak-anak,” ujarnya